KAJIAN
TEORI
PANDANGAN
PSIKOLOGI TENTANG BELAJAR, TEORI-TEORI TENTANG BELAJAR, DAN PERBEDAAN
INDIVIDUAL DALAM BELAJAR
Pandangan
Psikologi tentang Belajar
1.1
Pengertian belajar
Di bawah ini ada beberapa pandangan dari para ahli
psikologi tentang belajar :
A) Gagne,
dalam buku The conditions of learning
(1977) menyatakan bahwa : “ Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga pebuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi.”
B) Morgan,
dalam buku introduction to psychology
(1978) mengemukakan : “ belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku terjadi sebagai suatu hasil atau latihan.”
C) Witherington,
dalam buku Educational Psychology mengemukakan
: “Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada rekasi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.”
Dari definisi-definisi diatas, dapat dikemukakan
bahwa adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar
yaitu :
a. Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
b. Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
pelatihan atau pengalaman ; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh pertumbuhan atau kematngan tidak dianggap sebagai hasil belajar ; seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk
dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus realtif mantap ; harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama
periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan
itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang berlangsung berhari-hari,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini kita berarti harus mengenyampingkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan,
adaptasi, ketajaman konsentrasi atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya
berlangsung sementara.
d. Tingkah
laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti
: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Good and brophy dalam bukunya educational psychology : A Realistic Aprroach mengemukakan arti
belajar dengan kata-kata yang singkat, yaiu Learning
is the development of new associations as a result of experience. Beranjak
dari definisi yang dikemukakannya
itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa
belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal
event). Belajar merupakan suatu proses
yang tidak dapat dilihat dengan nyata, melainkan proses itu terjadi didalam
diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi maksudnya adalah belajar
bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi
secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru (new associations). Hubungan-hubungan baru itu dapat
berupa antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara
perangsang dan reaksi.
Faktor-faktor penting
yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah kematangan,
penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikikir, dan
latihan. Namun kita harus dapat membedakan antara faktor-faktor tersebut dengan
pengertian belajar itu sendiri.
1.2 Hakikat
belajar
Hakikat
Proses Belajar
Belajar meliputi tidak
meliputi hanya semata-mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan,
dan cita-cita.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan
dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku misalnya pemuasan
kebutuhan masyarakat dan pibadi secara lebih lengkap. Tidak semua perubahan
perilaku itu berarti belajar. Orang yang tangannya patah karena kecelakaan
mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah
belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi
tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan-keterampilan baru.
Perubahan
tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial.
Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang sangat ahli, tetapi dari
segi pandangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan dikemukakan diatas, Hilgard dan Brower mendefinisikan
belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman.
Teori-Teori tentang Belajar
2.1 Teori Conditioning
simple conditioning atau Teori condiguity menekankan bahwa belajar
terdiri atas pembangkitan respo dengan
stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak memadai. Melalui
persinggungan contiguity stimulus
dengan respon, stimulus yang tidak memadai untuk menimbulkan respon tadi
akhirnya mampu menimbulkan respon. Driil,
praktek, pengulangan, dan kejadian-kejadian sesuai dengan teori ini.
Teori ini di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Teori
classical conditioning (pavlov & watson)
2. Teori
conditioning (gurthie)
3. Teori
operant conditioning (skinner)
4. Teori
systematic behavior (Hull)
2.2 Teori conectionism
Stimulus-respon atau teori reinforcement yang dijelaskan oleh E.L .
Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan atau
hubungan-hubungan antara stimulus-respon yang terbentuk melalui pengulangan.
Pembentukan
ikatan-ikatan ini dipengaruhi oleh
frekuensi, resensi, intensitas dan kejelasan pengalaman , perasaan dan
kapasitas individu, kesamaan situasi dan menghasilkan kepuasan atau reinforcement yang merupakan
dasar dari teori conditioning ini.
Menurut
Thorndike kelemahan dari teori ini adalah :
v Terlalu
memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan
hewan. Meskipun banyak tingkah manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa
tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial dan
error. Trial dan Error tidak berlaku
mutlak bagi manusia.
v Memandang belajar hanya merupakan
asosiasi belaka antara stimulus dan respon sehingga yang dipentingkan dalam
belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau
ulangan-ulangan yang terus menerus.
v Karena proses belajar berlangsung
secara mekanistis, maka “pengertian” tidak dipandangnya sebagai unsur yang
pokok dalam belajar.
2.3 Teori
Belajar menurut Psikologi Gestalt (Field theory)
Field
theory menekankan keseluruhan dari bagian-bagian, bahwa bagian-bagian itu
erat sekali berhubungan dan saling terikat satu sama lain. Jelaslah kiranya
bahwa teori ini berbeda dengan pendapat teori-teori yang telah di uraikan
sebelumnya. Menurut gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar mahluk reaksi
yang hanya berbuatatau beraksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya.
Gestalt juga menekankan pada insight yang kadang-kadang dirumuskan sebagai persepsi
yang tiba-tiba terhadap hubungan-hubungan di dalam keseluruhan interaksi. Insight ini muncul apabila seseorang telah beberapa
saat mencoba
memahami
suatu masalah, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan
antara unsur-unsur yang satu dengan yang lainnya kemudian dipahami sangku
pautnya dan dimengerti maknanya. Dengan demikian kesimpulan dari gestalt ialah
; pertama dalam belajar faktor
pemahaman atau insight merupakan
faktor yang penting. Dengan belajar dapat
mengerti/memahami
hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua
dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan secara reaktif-mekanistis
belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.
Perbedaan Individual dalam Mengajar
Menurut
Philip R.E Verson, pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individu adalah perbedaan pada kesiapan belajar anak.
Anak-anak yang masuk sekolah masing-masing memiliki tingkat kecerdasan,
perhatian dan pengetahuan yang berbeda dengen kesiapan belajar yang berbeda
pula. Mereka berbeda dalam potensi bahkan dalam karakternya. Masalahnya adalah
pendidikan yang bagaimanakah yang patut diberikan kepada mereka agar tercapai
perkembangan secara optimal bagi tiap individu sesuai dengan kapasitas dan
kecenderungan mental mereka.
Salah satu cara yang patut di tempuh adalah melalui
sistem kelompok. Kelompok itu harus stabil dan tahan lama dapat dinilai secara teliti memberi sumbangan
kemajuan pendidikan anak, serta dapat di terima di dalam masyarakat.
Pembentukan kelompok dapat dilakukan
dengan memperhatikan beberapa pertimbangan, misalnya kelompok berdasarkan
abilitas dan kelompok berdasarkan minat. Untuk ini diperlukan bakat, tes
kecakapan, dan tes minat.
3.1 Aspek Jasmaniah Belajar
Ada
aspek fisik yang tidak boleh diabaikan seorang pengajar, antara lain
penglihatan dan pendengaran. Faktor Biokimia mempengaruhi sejumlah energi yang
dapat berhubungan dengan belajar, dan juga mempengaruhi kesenangan dan kepuasan
yang diperoleh individu dari perbuatan mengajar. Pengaruh-pengaruh itu banyak
berhubungan dengan orientasi kepribadian, apakah kita senang atau tidak senang
dalam proses belajar mengajar.
Belajar bergantung pada kemampuan menyimpan
tanggapan-tanggapan dan platisitas sistem syaraf pusat.penemuan-peneman akhir
di laboratorium psikolohis mengemukakan bahwa abilitas mental dan kemampuan
syaraf pusat untuk menyimpan tanggapan-tanggapan
merupakan fungsi enzim, kegiatan asam ribonucleic (RNA), dan makanan sel-sel
otak. Ahli-ahli pengetahuan dan juga orang-orang mengenal bahwa perbedaan antara
individu-individu di dalam bakat-bakat untuk belajar. Adanya perbedaan dalam
tingkatan bakat untuk belajar
ini terdapat pada anak-anak yang normal maupun pada
anak-anak yang tidak normal.
Adanya perbedaan-perbedaan ini perlu dikenal dan
perlu diperhatikan oleh guru agar ia tidak memaksa anak-anak belajar dengan
kecepatan yang sama. Disamping itu guru juga harus memperhatikan gejala-gejala
yang menunjukan perlunya pemeriksaan dokter misalnya terhadap gangguan
penglihatan dan pendengaran.
3.2 Respon
Para siswa memberikan respons terhadap suatu
perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan yang berbeda. Kekuatan
itu sebagian besar berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi berasal
dari pengamatan dan motivasi.
Seorang anak kebanyakan menganggap keberhasilan
dalam bidang akademis akan menempaktkannya pada posisi yang berprestise atau
kemimpinan. Anak lain mungkin memandang sukses akademis ini sebagai sikap
tunduk pada figur penguasa yang ditentangnya. Mengajar yang efektif , yang secara
kultural berbeda, harus meliputi keterampilan untuk melihat dunia beserta
orang-orangnya dari segi pandangan individual anak.
Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
1) Menetapkan
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada
perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses
pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
2) Penggunaan
Media Pembelajaran
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat
media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual,
sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
3) Penyusunan
Jadwal Pelajaran
Jadwal
pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya
mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di
awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima
materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam
membantu guru untu merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi
pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk
meningkatkan
efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah
ini:
Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif
di Dalam Kelas
Pemahaman
yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat
membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim
pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui
prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang
berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik.
Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di
dalam kelas bisa berjalan efektif.
Pemilihan Strategi dan
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
Memberikan Bimbingan Kepada
Peserta Didik
Seorang
guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam
pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta
didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah
yang mereka hadapi.
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang
diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
Mengevaluasi Hasil
Pembelajaran
Guru
harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan
evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi,
pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di atas
bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia selalu
tanya atau mempertanyakan sesuatu, mulia dari hal-hal yang sangat sederhana
sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Oleh karena itu, mengapa manusia belajar?
Jawabannya adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan,
nilai, sikap dan keterampilan. Jawaban lengkapnya adalah manusia belajar karena
mempunyai bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahun dan
didukung oleh kemampuan untuk mengetahui.
Kemampuan manusia untuk belajar adalah ciri yang
sangat penting yang membedakan manusia dengan hewan. Kelakuan dan kemampuan
melakukan sesuatu pada hewan tidak diperoleh melalui proses belajar, tetapi
melalui mekanisme naluri yang berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat
meningkat karena dibatasi oleh suatu pola yang sudah tertentu. Belajar
bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan kebudayaan berupa
kumpulan pengetahuan nilai sikap dan keterampilan kepada generasi pelanjut.
Oleh karena itu, latar belakang dalam penyusunan makalah ini yakni
mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar?, ciri-ciri belajar dan
sebagainya.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah yaitu:
1.
Apakah itu belajar, bagaimana ciri-cirinya?
2.
Tujuan dan prinsip-prinsip belajar?
3.
Perbedaan belajar secara individal?
4.
Belajar menurut pandangan beberapa aliran?
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam
penyusunan makalah ini, adalah :
1.
Untuk mengetahui apa itu sebenarnya belajar dan
bagaimana ciri-cirinya
2.
Untuk mengetahui tujuan belajar dan perbedaannya
dengan kematangan
3.
Memberikan pengetahuan yang lebih mengenai hakikat
belajar itu sendiri
4.
Memberikan masukan bagi dosen dan mahasiswa sendiri
5.
Sebagai acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Belajar dapat pula diartikan secara luas dan
secara sempit. Secara luas, belajar diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik
menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Secara sempit, belajar diartikan sebagai
usaha penguasaan materi pelajaran.
Dilihat dari ciri-ciri belajar, yaitu a)
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku
karena proses kematangan, b) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan
perubahan tingkah laku karena perubahan kondisi fisik, c) hasil belajar
bersifat relatif menetap (Tirtaraharja dalam Abd. Haling, 2004).
1.3 Tujuan Belajar
Tujuan adalah batas
cita-cita yang diinginkan dalam suatu usaha, tujuan dapat pula diartikan
sesuatu yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Tujuan belajar berarti apa
yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar.
Pada dasarnya belajar pada diri manusia,
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta
sasaran yaitu a) tujuannya mengubah tingkah laku ke arah yang lebih
berkualitas, b) sasarannya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif),
keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Sardiman (2004), mengemukakan
bahwa pada dasarnya tujuan belajar terdapat tiga jenis, yaitu a) untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Dengan tujuan belajar ini akan lebih tepat sistem presentasi atau
pemberian tugas materi pelajaran, b) untuk penanaman konsep dan keterampilan,
yaitu suatu cara belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik dan
psikhis. Pencapaian tujuan belajar ini cenderung dilakukan dengan cara
pendemonstrasian, pengamatan, dan pelatihan, c) untuk pembentukan sikap, yaitu
suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak.
Pencapaian tujuan belajar ini, dengan cara pemberian contoh perilaku yang perlu
ditiru atau tidak, dengan mengarahkan anak dalam kegiatan mengamati, meniru dan
mencontoh.
Bab 4
PENUTUP
Berdasarkan
uraian dan penjelasan dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar itu tidak hanya
sebatas mengajar dan di ajar. Akan tetapi kita perlu juga untuk memahami
hakikat belajar itu sendiri.pandangan serta Pendapat-pendapat ahli perlu kita
cermati serta lebih mendalam lagi sehingga kita tau berbagai macam persepsi dan
menghasilkan asumsi pendapat tersendiri serta mempunyai suatu nilai terhadap
konsep-konsep yang pernah dikemukakan sebelumnya.
Psikologi seseorang memegang peranan penting
terhadap kegiatan belajar secara individu. Dari perbedaan-perbedaan itu menurut
saya sendiri sangat menarik untuk di kaji. Karena setiap manusia mempunyai
kepribadian yang berbeda-beda dan meneliti apakah timbal balik dari kepribadian
tersebut dengan proses belajar seseorang secara individual juga tentunya.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB 2 Kajian Teori
1. Pandangan
psikologi tentang belajar
1.1
pengertian belajar
1.2
hakikat belajar
1.3
tujuan belajar
2. Teori-Teori
tentang Belajar
2.1 teori conditioning
2.2 teori conectionism
2.3 teori gestalt (field theory)
3. perbedaan
individual dalam belajar
3.1 aspek jasmaniah belajar
3.2 respon
3.3 faktor yang mempengaruhi belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar