A.
PANDANGAN
FILSAFAT TENTANG MANUSIA
Pandangan Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat
Modern yang menempatkan manusia dengan segala kemampuan rasionalnya sebagai
subject yang sentral dalam pemecahan masalah dunia. Rasionalitas menjadi ukuran
tunggal kebenaran, tolak ukur dari segala sesuatu. Jadi pandangan descartes
terhadap manusia adalah Humanisme atau antroposenterisme. Ia memandang berpikir
positif kepada diri dan rasio manusia dalam membangun dunia kearah yang lebih
baik. Descartes mewakili semangat zamannya yakni Modernisme yang memandang
cerah masa depan umat manusia seiring dengan bergulirnya renaissance. Manusia
adalah mahluk yang berakal dan bertanggung jawab dengan akalnya. Pandangan
descartes terhadap manusia adalah positif ia memandang jiwa manusia pada
dasarnya baik karena didominasi oleh fungsi akal atau intelek.
Arthur Scopenheour (1788-1868) mengemukakan pendapat
yang berlawanan, ia adalah seorang filosof pesimistis. Berlawanan
dengan filosof-filosof sebelumnya seperti Descartes yang menyatakan
bahwa hakikat jiwa manusia adalah intelek atau rasio. Scopenheour
mengkritik pandangan tersebut yang dianggapnya terlalu menyembunyikan sisi gelap
dari diri manusia. Ia beranggapan bahwa rasio dan kesadaran pada hakikatnya
hanyalah permukaan dari jiwa kita. Dibawah intelek/rasio terdapat
kehendak(nafsu) yang tidak sadar. Suatu Daya atau kekuatan hidup yang abadi,
suatu kehendak dari keinginan yang kuat. Rasio kadang-kadang memang
mengendalikan kehendak namun hanya sebagai pembantu yang mendorong
tuannya. “kehendak adalah orang kuat yang buta yang menggendong orang
lumpuh yang melek (rasio). Intinya kehendak (nafsu) merupakan pusat dari organ
fikiran. Artinya hati dan bukan kepala yang berkuasa. Ia memandang bahwa
terjadinya perang dalam setiap episode sejarah dan banyaknya pembunuhan dan
kejahatan merupakan bukti bahwa rasio manusia merupakan alat dari kehendak buta
(nafsu). Sehingga ia berpandangan pesimis terhadap masa depan umat manusia yang
akan cerah dan baik. Ia lebih cenderung melihat masa depan umat manusia suram dan
gelap dengan banyak pertumpahan darah dan kekerasan. Filsafat Scopenheour
merupakan filsafat yang kelam dan pesimis yang menafikan dan meniadakan unsur
dan potensi kebaikan yang besar dalam diri manusia. Pandangannya terlalu berat
sebelah kepada sisi negatif manusia.
Friedrich Nietzsche (1844-1900) yang disebut-sebut
telah menutup proyek modernisme, dan sekaligus membuka wawasan baru yang disebut
postmodernisme. Ia bergerak lebih jauh dari
Scopenheour dengan mendekonstruksi oposisi biner ( yakni kategorisasi
benar/salah, rasional/irasional, baik/buruk) dan membiarkannya tercerai berai
dalam kondisi nihil. Proses Nihilisme mempresentasikan suatu kondisi, kematian
tuhan sebagai sumber absolut nilai-nilai atau makna. Dan proses Devaluasi nilai
tertinggi tesebut (tuhan) telah membiarkan manusia hidup dalam dunia tanpa
nilai dan makna yang disebabkan hilangnya oposisi biner. Sehingga nietzche
memandang bahwa subjek (manusia) bukanlah sesuatu yang dapat menentukan
landasan diskursusnya sendiri, akan tetapi selamanya subjek berada dalam
bayang-bayang ada. Hal ini menandakan kehadiran kembali mitos, sebagai bahasa
simbolik pusat dunia.
Heideiger (1889- 1976) memandang dengan perkembangan
teknologi informasi (TV, Internet, Game) yang semakin maju di zaman sekarang
memungkinkan manusia untuk hidup didalam satu ruang., dimana mitos atau ada
telah melebur didalam dunia citraan. Dalam ruang postmodern representasi
media massa, dalam televisi merupakan sebuah ajang bagi subjek untuk mencari
dan menyatakan eksistensinya didunia…”jadi wajar orang sekarang berebut masuk
TV hingga rela mengerjakan segala perbuatan konyol sampai menjual dirinya
sekalipun”. Dengan didevaluasinya nilai tertinggi yakni tuhan maka
satu-satunya nilai yang mendominasi dalah NILAI TUKAR,..Alias UANG Jadi
eksistensi manusia hanya sekedar citraan dengan nilai yang dikejar adalah nilai
tukarnya yakni rupiah
atau dollar semakin gelap SAJA akhirnya perkembangan eksistensi manusia dalam
filsafat.
B.
MATERIALISME-NATURALISME
Naturalisme
adalah teori yang menerima 'natura'
(alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah 'natura' telah dipakai dalam
filsafat dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh
manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Istilah
naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung
pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan atau ada (wujud) di atas
atau di luar alam.
A.
Naturalisme Materalistik
Materialisme adalah suatu istilah
yang sempit dan merupakan bentuk naturalisme yang lebih terbatas. Materialisme
pada umumnya mengatakan bahwa di dunia tak ada selain materi, atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik adalah
satu. Istilah materialisme dapat diberi
definisi dengan beberapa cara. Pertama,
materialisme adalah teori yang mengatakan
bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang
membentuk alam dan bahwa akal dan
kesadaran (consciousness) termasuk di dalamnya segala proses psikikal merupakan
mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik. Kedua, bahwa doktrin alam semesta dapat
ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik.
Kedua definisi tersebut mempunyai implikasi yang sama, walaupun condong
untuk menyajikan bentuk materialisme yang lebih tradisional. Pada akhir-akhir
ini doktrin tersebut dijelaskan sebagai
energisme, yang mengembalikan segala sesuatu kepada bentuk energi atau
sebagai suatu bentuk dari positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan
mengingkari hal-hal seperti ultimate nature of reality (realitas yang paling
tinggi).
Materialisme
modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan material yang
tak terbatas. Alam, termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada,
dan bahwa alam (world) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, material,
objektif, yang dapat diketahui oleh manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa
materi ada
sebelum
jiwa (mind), dan dunia material adalah yang pertama, sedangkan
pemikiran
tentang dunia ini adalah nomor dua.Dalam dunia sekarang, materialisme dapat
mengambil salah satu dari dua bentuk, yaitu:
pertama, mekanisme atau materialisme mekanik (mechanistic materialism),
dan kedua, materialisme
dialektik
(dialectical materialism).
1.
Materialisme Mekanik
Dalam arti yang sempit, materialisme adalah teori yang mengatakan
bahwa semua bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan
gerak. Materialisme berpendapat bahwa semua kejadian dan kondisi adalah
akibat yang lazim dari kejadian-kejadian
dan kondisi sebelumnya. Semua proses alam, baik inorganik atau organik tepah
dipastikan dan dapat diramalkan jika segala fakta tentang kondisi sebelumnya
dapat diketahui.Menurut pandangan Pythagoras, Plato, dan Aristoteles,
teraturnya dunia dan keberesannya adalah disebabkan karena adanya akal (mind)
atau maksud (puspose). Sedangkan menurut Democritus bahwa alam ini dapat
dijelaskan hanya sebagai gerak. Atomisme
kuantitatif dari pandangan Democritus ini barangkali merupakan penyajian
pertama yang sistematik dari mekanisme. Aktivitas psikik hanya merupakan gerak
atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak
(Harold
H. Titus dkk., 1984: 294).
Dari
abad ke-15 sampai 20, materialisme menjadi sangat besar pengaruhnya dalam
pemikiran Barat karena perkembangan sains matematika dan metode eksperimen
dalam ilmu alam. Banyak orang yang
beranggapan bahwa dunia ini hanya terdiri dari kuantitas fisik yang dapat
diukur dengan matematika. Descartes (1596-1650) menggunkan konsep-konsep
mekanik hanya untuk dunia fisik, tidak seperti kelompok materialis, ia mengakui
adanya hal-hal yang tidak bersifat kebendaan
2.
Materalisme Dialektik
Materialisme dialektik timbul
dari perjuangan sosial yang hebat, yang muncul sebagai akibat dari Revolusi
Industri. Ide tersebut banyak kaitannya dengan Karl Marx (1818-1883) dan
Fredrich Engels (1820-1895), dan telah menjadi filsafat resmi dari Rusia dan
RRC; doktrin Marx dan Engels telah diberi tafsiran dan diperluas oleh Lenin,
Stalin, Mao Tse Tung dan lain-lainnya.
Materialisme
dialektik tidak sama dengan materialisme mekanik, seperti yang telah dibahas
terdahulu. Materialisme dialektik walaupun sangat menghormati sains dan
menyatakan bahwa persepsi inderawi sains memberi kita pengetahuan yang riil,
adalah suatu pendekatan dari segi
politik dan sejarah dan bukan dari segi sains dan alam. Di situ ditekankan pandangan bahwa
perkembangan
sejarah di mana materi dalam bentuk
organisasi ekonomi dalam masyarakat dianggap sebagai dasar. Dengan begitu maka
dipakai istilah materialisme sejarah dan determinisme ekonomi.
PRAGMATISME
Abad
ke-19 menghasilkan tokoh-tokoh pemikir, diantaranya ialah Karl Marx (1818-1883)
di kontinen Eropa dan William James (1842-1910) di kontinen Amerika. Kedua
pemikir itu mengklaim telah menemukan kebenaran. Marx, yang terpengaruh
positivisme, melahirkan sosialisme dan James, seorang relativis, melahirkan
pragmatisme. Baik sosialisme maupun pragmatisme dimaksudkan supaya kemanusiaan
dapat menghadapi masalah besar, yaitu industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Arti umum dari pragmatisme ialah kegunaan,
kepraktisan. Menjadikan sesuatu dapat dikerjakan adalah kriteria bagi
kebenaran. James berpendapat bahwa kebenaran itu tidak terletak di luar
dirinya, tetapi manusialah yang menciptakan kebenaran. It is useful because
it is true, it is true because it is useful. Karena kriteria
kebenaran itulah, pragmatisme sering dikritik sebagai filsafat yang mendukung
bisnis dan politik Amerika. Dengan adanya pragmatisme tidak ada sosialisme di
Amerika. (Ada memang Partai Komunis Amerika dan toko-toko buku Marxisme.
Tetapi, baik sosialisme maupun komunisme tidak pernah diperhitungkan dalam
dunia politik). Kaum buruh Amerika juga menjadi pendukung kapitalisme karena
mereka ikut berkepentingan. Hampir-hampir tidak ada ada kritik terhadap
kapitalisme, kecuali dari gerakan The New Left pada akhir 1960-an dan awal
1970-an.
Lebih lanjut pragmatisme yang lebih mementingkan
praktis kehidupan manusia, dan menganggap hal yang benar adalah hal yang
bermanfaat bagi kehidupan praktis manusia. Taruhlah seperti ketika bangsa eropa
datang ke benua Amerika yang kemudian membunuh hampir semua suku indian hal itu
karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang benua Amerika itu sendiri maka
dari itu mereka akan lebih merasa terancam dan mungkin akan selalu merasa
terancam ketika berada disana. Maka kemudian mereka memutuskan untuk membunuh
suku asli Amerika yaitu suku indian dan menguasai daerah itu khususnya untuk
bisa bertahan hidupm karena tempat-tempat yang semula merupakan tempat suku
indian merupakan sumber kehidupan. Hal inilah yang bisa dijadikan contoh
bagimana filsafat pragmatisme itu dijadikan sebuah dasar pemikiran oleh masyarakat
atau kelompok.
Pragmatisme juga sama sekali tidak mempertimbangkan
hal yang bersifat metafisik karena hal itu dianggap tidak berguna bagi manusia
dan tidak mempunyai manfaat yang jelas, tapi hal itu berbeda ketika dilihat
dari sudut pandang agama
yang mempercayai bahwa yang mereka lakukan akan mendapatkan balasannya kelak
setelah mereka mati.
HEDONISME
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa
orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan
sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan
bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar
tahun 433 SM. Hedonisme ingin menjawab
pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini diawali dengan Sokrates yang
menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM)
menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak
masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu
akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme)
ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270
SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat
alamiah. Meskipun demikian, hedonisme
Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja
--seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan rohani juga, seperti
terbebasnya jiwa dari keresahan.
C. IDEALISME
Idealime adalah sebuah istilah yang digunakan pertama
kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada
awal abad 18. ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros Istilah
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional
sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20
istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat.
Aliran idealisme
adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurut aliran
idealisme, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia ide. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah ide. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang
pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari. Esensialisme adalah
pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia.
epistemologi
Idealisme
berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi
pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal
yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala
psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Pandangan
beberapa filsuf
Fichte memakai nama idealisme subyektif,
jadi pandangan-pandangan berasal dari subyek-subyek tertentu, dia menyandarkan
keunggulan moral untuk sebuah etika manusia yang ideal.Dia diduga sebagai
pendiri idealisme di Jerman.
Hegel mengangkat
idealisme subyektif dan obyektif untuk menggambarkan tesis dan antitesis secara
berturut-turut. Hegel sendiri mengemukakan pandangannya sendiri yang
disebut idealisme absolut sebagai sintesis yang lebih tinggi dibanding unsur
yang membentuknya (tesis dan antitesis).
Kant menyebut pandangannya dengan istilah idealisme
transendental atau idealisme kritis. Dalam alternatif ini isi pengalaman
langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya sendiri, dan ruang dan
waktu merupakan forma intuisi kita sendiri.Schelling telah menggunakan istilah
idealisme transendental sebagai pengganti idealisme subyektif.
Tokoh-tokoh
lain cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.
Dalam dunia sastra, terdapat aliran idealisme juga, misalnya sebuah
cerita, di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Berdasarkan pesan-pesan itu, seseorang dapat menganalisis
tentang pandangan penulis. Idealisme yang dikemukakan terkait dengan tema
cerita, misalnya tema yang berhubungan dengan cinta, perjuangan, dan
pembangunan masa depan.[2] Ada dua bentuk idealisme: yaitu idealisme aktif,
yaitu idealisme yang melahirkan insipirasi-inspirasi baru yang bisa dilakukan
dalam realitas, sedangkan idealisme pasif adalah idealisme yang hanya semu,
tidak pernah bisa diwujudkan, bersifat utopis saja.
ESSENSIALISME
Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme
dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua
aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur
menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley (1874-1946), George Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831), Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley (1874-1946), George Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831), Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
MISTISME
Menurut buku De Kleine W.P. Encylopaedie (1950, Mr. G.B.J. Hiltermann dan
Prof.Dr.P. Van De Woestijne halaman 971 dibawah kata mystiek)
kata mistik berasal dari bahasa Yunani myein yang artinya
menutup mata (de ogen sluiten) dan musterion yang
artinya suatu rahasia (geheimnis).
Beberapa pendapat tentang paham misitk atau mistisisme :
a)
Kepercayaan tentang adanya kontak antara manusia bumi (aardse mens)
dan tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek, 1948).
b)
Kepercayaan tentang persatuan mesra (innige vereneging) ruh manusia
(ziel) dengan Tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek,
1948).
c)
Kepercayaan kepada suatu kemungkinan terjadinya persatuan langsung (onmiddelijke
vereneging) manusia dengan Dzat Ketuhanan (goddelijke wezen) dan
perjuangan bergairah kepada persatuan itu (Algemeene Kunstwoordentolk, J.
Kramers. Jz).
d)
Kepercayaan kepada hal-hal yang rahasia (geheimnissen) dan hal-hal
yang tersembunyi (verborgenheden). (J. Kramers. Jz).
e)
Kecenderungan hati (neiging) kepada kepercayaan yang menakjubkan (wondergeloof)
atau kepada ilmu yang rahasia (geheime wetenschap). (Algemeene
Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).
Selain diperolehnya definisi, pendapat-pendapat tentang paham mistik diatas
berdasarkan materi ajarannya juga memberikan adanya pemilahan antara paham
mistik keagamaan (terkait dengan tuhan dan ketuhanan) dan paham mistik
non-keagamaan (tidak terkait dengan tuhan ataupun ketuhaan).
Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif tidak obeyktif. Tidak
ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik.
Bersumber dari pribadi tokoh utamanya sehingga paham mistik itu tidak sama satu
sama lain meski tentang hal yang sama. Sehingga pembahasan dan pengalaman
ajarannya tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol dalam arti yang semestinya.Biasanya tokohnya sangat dimuliakan, diagungkan bahkan diberhalakan (dimitoskan, dikultuskan) oleh penganutnya karena dianggap memiliki keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan adanya keistimewaan ini dapat disebabkan oleh :
- Pernah
melakukan kegiatan yang istimewa.
- Pernah
mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana atau bahaya yang mengancam
dirinya apalagi masyarakat umum.
- Masih
keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid atau kawan dengan atau dari
orang yang memiliki kharisma.
- Pernah
meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar/penting.
Dengan demikian penerimaan ajarannya hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran. Maka dari itulah di antara kita ada yang menyebutnya paham, ajaran kepercayaan atau aliran kepercayaan(geloofsleer).
Mengingat pengajarannya tidak mungkin dikendalikan dalam arti semestinya, maka paham mistik mudah memunculkan cabang baru menjadi aliran-aliran baru sesuai penafsiran masing-masing tokohnya. Atau juga sebaliknya mudah timbul penggabungan atau percampuran ajaran paham-paham yang telah ada sebelumnya.
Karena serba mistik maka paham mistik atau kelompok penganut paham mistik tidak terlalu sulit digunakan oleh orang-orang yang ada tujuan tertentu dan yang perlu dirahasiakan karena menyalahi atau bertentangan dengan opini umum atau hukum yang berlaku sebagai tempat sembunyi.
Abstrak dan Spekulatif
Materinya serba abstrak artinya tidak konkrit,
misal tentang tuhan (paham mistik ketuhanan), tentang keruhanian atau kejiwaan,
alam di balik alam dunia dll (paham mistik non-keagamaan). Dengan demikian
pembicaraannya serba spekulatif, yaitu serba menduga-duga, mencari-cari,
memungkin-mungkinkan dll (tidak komputatif). Pembicaraannya serba
berpanjang-panjang, serba berlebih-lebihan dalam arti melebihi kewajaran atau
melebihi pengetahuan dan pengertiannya sendiri (meski sudah mengakui tidak
tahu, masih mencoba memungkin-mungkinkan). Oleh karena itu di kalangan penganut
paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin mengenai ajarannya sebagaimana
yang berlaku dalam diskusi atau munaqasyah
Sebab orang menganut paham mistik
- Kurang puas yang berlebihan, bagi orang-orang yang hidup
beragama secara bersungguh-sungguh merasa kurang puas dengan hidup
menghamba kepada tuhan menurut ajaran agamanya yang ada saja.
- Rasa kecewa yang berlebihan, Orang yang hidupnya kurang
bersungguh-sungguh dalam beragama atau orang yang tidak beragama merasa
kecewa sekali melihat hasil usaha umat manusia di bidang science dan
teknologi yang semula diandalkan dan diagungkan ternyata tidak dapat mendatangkan
ketertiban, ketentraman dan kebahagiaan hidup. Malah mendatangkan hal-hal
yang sebaliknya. Mereka 'lari' dari kehidupan modern menuju ke kehidupan
yang serba subyektif, abstrak dan spekulatif sesuai dengan kedudukan
sosialnya.
- Mencari hakekat yang sebenarnya, orang yang ingin mencari
hakekat hidup sebenarnya juga ada yang terjebak bahwa kebenaran hanya akan
didapat dari pengalaman mistiknya.
Di antara mereka masih ada yang berusaha merasionalkan ajaran
paham mistik yang dianutnya, dan ada pula yang tegas-tegas lepas sama sekali
dari tuntutan kemajuan zaman ini.
D. DUALISME
Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan
ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga,
dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik
Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga
berasal setidaknya sejak zaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi
tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles
berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang
(bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan
dengan fisik.
Versi dari dualisme yang dikenal
secara umum diterapkan oleh René
Descartes (1641), yang berpendapat
bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali
mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya
dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama
merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang. Dualisme bertentangan dengan berbagai
jenis monisme,
termasuk fisikalisme dan fenomenalisme. Substansi
dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme,
tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent sehingga akan hanya bertentangan
dengan materialisme non-emergent.
Borgata Hotel Casino & Spa Launches Mobile Casino
BalasHapusBorgata Hotel 수원 출장샵 Casino 여수 출장안마 & Spa has 안양 출장안마 announced the launch of its mobile casino app 남양주 출장안마 for the Las 제천 출장마사지 Vegas Strip. The app, which allows